Tapi berharaplah pada Khilafah, dia akan menjaganya
Di negeri yang berpenduduk mayoritas muslim ini
(Indonesia), kehormatan dan kesucian Islam tidak menjadi fokus utama. Fokusnya adalah
perhatian/perlakuan negara ini, yakni bagaimana agar bisa sesuai dengan keinginan negara yang
dalam sejarah tertulis dengan rapi dan semua fakta telah membuktikan yaitu negara penjajah.
Aparatur negara, dan kebanyakan tokoh-tokoh central negeri ini cenderung tidak memihak kepada kemualiaan Islam. Malah selalu memojokan Islam saat muncul kasus-kasus yang berkaitan dengan HAM, misalnya.
Aparatur negara, dan kebanyakan tokoh-tokoh central negeri ini cenderung tidak memihak kepada kemualiaan Islam. Malah selalu memojokan Islam saat muncul kasus-kasus yang berkaitan dengan HAM, misalnya.
Semua orang tahu, bagaimana negeri ini lebih malu
dilihat dunia Internasional daripada dilihat oleh Allah SWT. Padahal nama Tuhan
Yang Maha Esa itu tertulis dalam
pembukaan Undang-undang dasar 1945 dan disebut sebagai pemberi rahmat atas
kemerdekaan Indonesia dari tangan-tangan penjajah –Katholik Belanda dll.
Ironis memang sungguh ironis, yang terjadi di
negeri ini adalah tirani, sebuah tirani yang dilakukan oleh kalangan minoritas.
Baik dari kalangan etnis, agama maupun budaya dan pelakunya para Intelektual
didikan penjajah barat, Amerika dan sekutunya.
Bagaimana tidak dalam pemberitaan bahkan ada yang
tertulis di dalam sejarah dan diajarkan kepada pelajar bahkan oleh orang tua
kepada anak-anaknya. Misalnya hal-hal berikut ini;
- Ummat Islam yang mulia ini selalu dilabeli sebagai pihak tertuduh, terutama pada masa penjajahan. Islam dituduh sebagai gerombolan yang hendak membantai rakyat Indonesia. Contoh pada masa DI/TII. Sampai sekarang, termasuk orang tua dari kalangan awam sering menceritakan gerombolan –Islam, sebagai pihak yang negatif. Sebagai contoh, terjadinya eksodus besar-besaran pada masa setelah kemerdekaan, dari Jawa ke Lampung. Atau dari beberapa Kabupaten yang ada di Jawa Tengah, seperti Karang Anyar, Kebumen, Banyumas, Banjarnegara, Cilacap dan lainnya ke daerah Ciamis dan Tasikmalaya, atau yang saya tahu yaitu ke daerah Pangandaran. Di Pangandaran banyak penduduk pindahan dari beberapa daerah di Jawa Tengah, dengan alasan menghindar dari kejaran gerombolan.
Akan tetapi
secara logika saya, di Jawa Tengah, terutama daerah Yogyakarta adalah
wilayah/basis penjajah Belanda, meski Belanda bisa dikatakan telah kalah, tentu
masih banyak antek-anteknya terutama yang beragama Katholik, karena penjajah
Belanda menjajah ke Indonesia sekaligus menyebarkan agama Katholik. Sejarah membuktikan
bahwa Tasikmalaya dan sekitarnya kita sebut saja Priangan Timur termasuk di
dalamnya Pangandaran, merupakan wilayah DI/TII, ibukotanya adalah Tasikmalaya,
sebagai basis pesantren dan masyarakat Islam. Bahkan kota ini sampai sekarang
disebut dengan kota santri.
Sungguh aneh
jika Islam pada waktu itu melakukan perbuatan keji, karena perbuatan keji itu
sendiri sangat dibenci dan diharamkan di dalam Islam. Menurut saya gerombolan
itu hanyalah isu yang dibuat oleh para antek penjajah untuk memojokan Islam.
Jadi,
kalaulah gerombolan yang disebut dalam cerita itu membawa nama Islam, mengapa
mereka, berpindah atau mengungsi ke daerah-daerah yang justeru merupakan
kantong-kantong kaum muslimin. Seperti Lampung, dan sekitar Priangan Timur,
justeru menurut saya. Pada waktu itu pemeluk-pemeluk Islam memberikan
perlindungan kepada rakyat Indonesia baik dari para penjajah maupun anteknya.
Kita bisa tahu
faktanya sekarang, daerah-daerah yang ditinggal oleh para pengungsi pada waktu
itu sekarang banyak memiliki penduduk yang beragama non-Islam seperti Katholik,
sebut saja Cilacap. Beberapa radio di Cilacap adalah milik pengusaha kristen,
yaitu Wijaya FM, Utari FM, Bercahaya meski milik pemda tapi sering ada acara
kebaktian, mungkin hanya Yasfi sekarang Yes FM dan beberapa radio lokal
lainnya yang milik pengusaha muslim.
Ini menunjukan pengusiran ummat Islam oleh para antek penjajah dengan melabeli Islam sebagai pihak tertuduh, dengan begitu citra Islam dirusak. Saat penduduk pindah, para antek penjajah ini dengan mudah bisa mendiami wilayah tersebut dan mungkin minimalnya mengurangi penduduk yang beragama Islam di sanan
Wallahu a’lam *bersambung
Ini menunjukan pengusiran ummat Islam oleh para antek penjajah dengan melabeli Islam sebagai pihak tertuduh, dengan begitu citra Islam dirusak. Saat penduduk pindah, para antek penjajah ini dengan mudah bisa mendiami wilayah tersebut dan mungkin minimalnya mengurangi penduduk yang beragama Islam di sanan
Wallahu a’lam *bersambung